Search

http://torajasite.blogspot.com/feeds/posts/default

Selasa, 06 Maret 2012

Perjuangan PONGTIKU diTORAJA

Disi saya akan menceritakan perjalanan hidup seorang Pahlawan dari Toraja yang juga adalah Pahlawan nasional. Apa kalian sudah tau siapa?? Yah Pongtiku.seorang yang dengan gigih mempertahankan tanah leluhurnya dari penjajah pada jaman perang kala itu..
Kawa2 dah penasaran okey lah langsung aja...

Pongtiku adalah anak bungsu dari pasangan suami istri Karaeng dan Le’bok pada pertengahan abad ke XIX ( 1846 ) di Tondon Pangala’. Karaeng adalah penguasa adat Pangala’ dan sekitarnya. Karena kemampuan dan kepemimpinannya Pongtiku yang menonjol, maka sekalipun ia anak bungsu dialah yang menggantikan ayahanya sebagai penguasa pada saat ayahnya sudah tua.

Sebelum angkatan perang Belanda datang di Toraja, orang Toraja telah mempunyai hubungan dagang dengan orang Bugis. Toraja Selatan dan Toraja Barat menjalin hubungan dagang dengan kerajaan - kerajaan Sidenreng Rappang dan Sawitto, sedang Toraja Utara mitra dagangnya adalah kerajaan Bone dan Luwu. Pimpinan orang Bugis dan kerajaan - kerajaan Sidenreng, Rappang dan Sawitto adalah Petta Manyoro Lolo (Panglima Angkatan Perang Kerajaan Sidenreng), yang kemudian diketahui bernama Petta Serang, anak dari Raja Sidenreng, sedang pimpinan orang Bugis dari kerajaan Bone dan Luwu adalah Petta Punggawa ( Panglima Tertinggi Angkatan Perang Bone, yang juga adalah Putra Mahkota dengan nama Andi Baso’ Abdul Hamid ).

Melalui hubungan dagang antara orang Bugis dan orang Toraja tersebut pemimpin - pemimpin Toraja dapat mengetahui bahwa akan pecah perang antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kerajaan - Kerajaan di Sulawesi Selatan yang tidak mau lagi mengakui Perjanjian Bungaya yang mengatur hubungan antara pemerintah Hindia Belanda dengan kerajaan Kerajaan – Kerajaan di Sulawesi Selatan yang sangat merugikan itu. Untuk mengantisipasi perang yang akan pecah dalam waktu tidak lama, penguasa - penguasa Toraja mengadakan musyawarah di Tongkonan Buntu Pune Kesu’ ( Kediaman Pong Maramba’ ) dan mencapai kesepakatan yaitu :
Menggalang persatuan antar penguasa dengan menghilangkan semua benih - benih perpecahan dan mengangkat Pongtiku sebagai Panglima Perang, sedang Pong Maramba’ dan penguasa - penguasa adat lainnya sebagai Panglima Pasukan Penghancur. Kesepakatan mereka didasari Motto : “ Misa’ Kada Dipotuo Pantan Kada Dipomate”.
Selesai musyawarah, Pongtiku kembali ke daerahnya untuk mempersiapkan dan menyiagakan benteng - bentengnya sebanyak 9 buah menghadapi perang.

Pada bulan Maret 1906, Pasukan Angkatan perang Belanda dibawah pimpinan Kapten Killian memerintahkan Pongtiku untuk menghadap dengan tujuan melucuti dan mengumpulkan senjata api dari semua penguasa Toraja. Namun Pongtiku menolak, malah ia menyiagakan pasukannya untuk berperang. Perang perlawanan Pongtiku dalam daerahnya sendiri berlangsung selama kira - kira 6 bulan ( Mei s/d Oktober 1906 ) dengan 6 kali pertempuran dan 1 kali pengepungan selama kira kira 4 bulan ( Juli s/d Oktober 1906 ). Pertempuran tanggal 1 Juni 1906 untuk mempertahankan Benteng Buntu Asu dari serangan angkatan perang Belanda di bawah Komandan Kapten De Last yang dilakukan dalam 3 gelombang semuanya kandas dimuka benteng dengan menelan banyak korban, Angkatan Perang Belanda dipukul mundur dan dihalau kembali ke Rantepao. Pongtiku adalah penantang utama datangnya penjajah Belanda di Toraja, dan dengan gigih dan gagah perkasa

dengan segala kemampuan yang ada padanya ,mengobarkan perang lebih setahun lamanya, tepatnya dari bulan Mei 1906 s/d Juli 1907. Ia bertahan dan menyerang musuhnya dari benteng - benteng yang jumlahnya 9 buah yang telah dipersiapkan sejak dini. Perang Pongtiku melawan belanda bukanlah tindakan spontanitas akan tetapi adalah perang yang direncanakan dan dipersiapkan dengan matang yang merupakan bagian integral dari perang perlawanan Raja - Raja di Sulawesi Selatan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda, yang disebut sebagai Perang Bone III. Demikian hebatnya pertahanan dan Perlawanan Angkatan Perang Pongtiku terhadap gempuran Angkatan Perang Belanda, mengharuskan Letjen Swart yang dijuluki oleh Belanda sebagia Pasifikator Van Aceh ( Pengaman Aceh ) mengambil Komando pertempuran melawan Angkatan Perang Pongtiku yang bertahan tak terkalahklan dalam benteng Batu di Baruppu’. Belanda dengan menggunakan taktik seperti taktik yang digunakan terhadap Pangeran Diponegoro, Pongtiku menerima Case Fire untuk mengadakan perundingan perdamaian dengan Belanda. Kesempatan ini digunakan oleh Belanda untuk membatasi gerak Pongtiku, tetapi Pongtiku menggunakan pula kesempatan yang sama untuk menyelenggarakan upacara Pemakaman kedua orang tuanya yang wafat dalam Benteng menurut adat Toraja. Sehari sebelum selesai upacara pemakaman kedua orang tuanya, Pongtiku dengan sejumlah pasukan kembali ke medan juang bergabung dengan teman - teman seperjuangannya di Benteng Ambeso yang dipimpin oleh Bombing dan Ua’ Saruran dan Benteng Alla’ dalam wilayah Enrekang. Setelah Benteng Ambeso dan Benteng Alla’ jatuh ketangan Belanda ,pada bulan Januari 1907 Pongtiku tidak tertawan, Ia berhasil lolos bersama pasukannya kembali ke wilayah kekuasaannya. Dengan petunjuk mata – mata Belanda Ia tertangkap lalu dibawa ke Rantepao. Tanggal 10 Juli 1907, ia di eksekusi dan gugur sebagai Pahlwan Kusuma Bangsa di pinggiran sungai Sa’dan, tepatnya di tempat dimana Tugu Peringatan baginya didirikan di Singki’ Rantepao. Meneliti sejarah perjuangan Bangsa melawan Pemerintah Hindia Belanda dapatlah diketahui bahwa Pongtiku adalah penantang terakhir yang mengorbankan Perang Klasik terakhir tahun 1906 – 1907 di wilayah Sulawesi Selatan sesuai sumpah yang diucapkannya “ Iatu Tolino Pissanri Didadian sia Pissanri Mate Iamoto Randuk Domai Tampak Beluakku Sae Rokko Pala’ Lette’ku Nokana’ La na Parenta Tumata Mabusa “ (Manusia hanya sekali dilahirkan dan mati, dari ujung rambut sampai telapak kakiku saya tidak akan rela diperintah oleh Belanda).

Dan sebagai putra Toraja kita harus bangga mempunyai sosok figur seperti Pongtiku yang dengan gigih mempertahanka Toraja dari Belanda. dan kita juga patut berbangga hati karna Berdasarkan perjuangan Pongtiku Pemerintah Republik Indonesia melalui keputusan Presiden RI Nomor : 073/TK/2002 tanggal 6 November 2002, Pongtiku ditetapkan dan disahkan sebagai Pahlawan Nasional. Demikian riwayat singkat Pahlawan Nasional Pongtiku.

Semoga artikel ini memberikan kita pemahaman bahwa biarpun Toraja telah terbagi tapa tetap satu tetap Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik allo. Jangan sampai semboyan Misa’ Kada Dipotuo Pantan kada Dipomate menjadi kenangan..

Senin, 05 Maret 2012

Sejarah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara

Kali ini gue pengen share artikel tentang sejarah terbentuknya kabupaten Tana Toraja hingga akhirnya dimekarkan menjadi 2 kabupaten dan sejarah pemerintahannya. mungkin banyak yang bertanya-tanya sejak kapan dan siapa-siapa saja yang pernah menjadi bupati di Tana Toraja disini saya akan coba untuk membahasnya. Dan buat kawan-kawan yang sudah pada tahu mohon kritikan dan sarannya apabila ada kekurangannya. Yah okey deh  saya akan langsung aja mencoba untuk membahasnya.

Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Tana Toraja.

Keperintahan Di Toraja Diawali dari Pemerintah Hindia Belanda yang mulai menyusun pemerintahannya yang terdiri dari Distrik Bua’ dan Kampung yang masing-masing dipimpin oleh penguasa setempat (Puang Ma’dika). Dan setelah 19 tahun Hindia Belanda berkuasa di daerah ini, Tana Toraja dijadikan sebagai Onderrafdeling dibawah Selfberstuur Luwu di Palopo yang terdiri dari 32 Landchaap dan 410 kampung dan sebagai controleuur yang pertama yaitu; H.T. Manting. Pada tanggal 18 Oktober 1946 dengan besluit LTGG tanggal 8 Oktober 1946 Nomor 5 ( Stbld Nomor 105 ) Onderafdeling Makale/Rantepao dipisahkan dari Swapraja yang berdiri sendiri dibawah satu pemerintahan yang disebut Tongkonan Ada’.

Pada saat Pemerintahan berbentuk serikat (RIS ) tahun 1946 Tongkonan Ada’ diganti dengan suatu pemerintahan darurat yang beranggotakan 7 orang dibantu oleh satu badan yaitu Komite Nasional Indonesia ( KNI ) yang beranggotakan 15 orang. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Selatan Nomor 482, Pemerintah Darurat diadakan dan pada tanggal 21 Pebruari 1 dengan Surat Keputusan gubernur Kepala Daerah Sulawesi Selatan Nomor 482, Pemerintah Darurat dibubarkan dan pada tanggal 21 Pebruari 1952 diadakan serah terima Pemerintahan Kepada Pemerintahan Negeri (KPN) Makale/Rantepao yaitu kepada Wedana Andi Achmad. dan pada saat itu wilayah yang terdiri dari 32 Distrik, 410 Kampung dirubah menjadi 15 Distrik dan 133 Kampung. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1957 dibentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Tana-Toraja yang peresmiannya dilakuan pada tanggal 31 agustus 1957 dengan Bupati Kepala Daerah yang pertama bernama Lakitta.

Dan Pada tahun 1961 berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 2067 A,Administrasi Pemerintahan berubah dengan penghapusan sistim Distrik dan Pembentukan Pemerintahan Kecamatan. Tana Toraja Pada waktu itu terdiri dari 15 Distrik dengan 410 Kampung berubah menjadi 9 Kecamatan dengan 135 Kampung,Kemudian dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 450/XII/1965 tanggal 20 desember 1965 diadakan pembentukan Desa Gaya Baru. Berdasarkan petunjuk surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi selatan tentang pembentukan Desa Gaya Baru tersebut, ditetapkan surat keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tana Toraja Nomor 152/SP/1967 tanggal 7 september1967 tentang pembentukan Des Gaya Baru dalam kabupaten daerah Tingkat II Tana Toraja sebanyak 65 Desa Gaya Baru yang terdiri atas 186 Kampung dengan perincian sebagai berikut:

1. Kecamatan Makale 7 Desa 20 Kampung
2. Kecamatan Sangalla’ 4 Desa 8 Kampung
3. Kecamatan Mengkendek 6 Desa 20 Kampung
4. Kecamatan Saluputti 10 Desa 25 Kampung
5. Kecamatan Bonggakaradeng 4 Desa 15 Kampung
6. Kecamatan Rantepao 4 Desa 18 Kampung
7. Kecamatan Sanggalangi’ 9 Desa 40 Kampung
8. Kecamatan Sesean 11 Desa 18 Kampung
9. Kecamatan Rindingallo 10 Desa 22 Kampung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Peraturan pelaksanaannya, dari 65 Desa Gaya Baru tersebut berubah menjadi 45 desa dan 20 Kelurahan. Dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor ;168/XI/1982, wilayah Kabupaten Tana Toraja terdiri dari 9 Kecamatan dan 22 Kelurahan serta 63 Desa. Berdasarkan Surat Keputusan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 1988 tanggal 26 September 1988,dibentuk wilaya kerja Pembantu Bupati Kepala Daerah Wilaya Utara yang dipimpin oleh seorang Wedana Pembantu Bupati Wilaya Utara yang meliputi;
1. Kecamatan Rantepao
2. Kecamatan Sanggalangi’
3. Kecamatan Sesean
4. Kecamatan Rindingallo

Adapun pejabat WEDANA Pembantu Bupati Wilaya Utara berturut-turut sebagai berikut:

1. Drs. Bartho Sattu Tahun 1989-1990.
2. Drs.Soleman Tahun 1990-1996.
3. Drs.A.Palino Popang Tahun, 1996-1999.
4. Drs.Y.S. Dalipang Tahun 1999-2000.

Setelah keluarnya Surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 954/XI/1998 tanggal 14 Desember 1998,wilaya Kabupaten Tana Toraja terdiri dari 9 kecamatan defenitif, 6 Perwakilan Kecamatan, 22 Kelurahan,dan 63 Desa. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, dan ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Daerah No.18 Tahun 2000 tanggal 29 Desember 2000, 6 Perwakilan Kecamatan menjadi defenitif sehingga jumlah kecamatan seluruhnya menjadi 15 Kecamatan.Selanjutnya dengan terbitnya Peraturan daerah No.2 Tahun 2001 tanggal 11 april 2001 keseluruhan desa yang ada berubah nama menjadi Lembang. Setelah ditetapkannya Peraturan Daerah No. 2 tahun 2001 tentang perubahan Pertama Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2000,Peraturan Daerah Kabupaten Tana-Toraja Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan Kedua Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2000, serta peraturan daerah nomor 6 Tahun 2005 tentang perubahan Ketiga peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2000,Wilaya Kabupaten Tana-toraja menjadi 40 kecamatan, 87 Kelurahan dan 223 Lembang

NAMA-NAMA BUPATI DI KABUPATEN TANA TORAJA ( Sebelum pemekaran kabupaten Toraja Utara )

1.    Lakitta Kepala Daerah Tana Toraja
     1-3-1957 s/d 23-7-1958.
2. S.J. Sarungu DPD Merangkap Wkl Kepala Daerah Tana Toraja
     23-7-1958 s/d 21-10-1958.
3. D.S.Rantesalu Wakil Ketua DPD/Kepala Daerah Tana Toraja
     21-10-1958 s/d 15-5-1959.
4. B.A.Simatupang Kepala Daerah Swantara Tk.II Tana Toraja
    15-5-1959s/d 15-5-1960.
5. H.L. Lethe Bupati Kepala Daeah Tingkat II Tana Toraja
    12-7-1960 s/d 24-3-1963.
6. A.J.K. Andilolo Plt. Jabatan BKDH Tk. II Tana Toraja
    24-3-1963 s/d 11-1-1964.
7. D.S. Rantesalu Bupati KDH Tk. II Tana Toraja
    11-3-1964 s/d 25-6-1966.
8. A.Tampubolon Bupati KDH Tk. II Tana Toraja
    25-6-1966 s/d 11-4-1973.
9. Drs.Nusu' Lepong Bulan Pj.BKDH Tk. II Tana Toraja
     11-4-1973 s/d 241-1974.
10. A.J.K. Andilolo Bupati KDH Tk. II Tana Toraja
      24-1-1974 s/d 3-12-1984.
11. A.Jacobs Bupati KDH Tk. II Tana Toraja
      3-12-1984 s/d 2-12-1989.
12. DR.T.R. Andilolo Bupati KDH Tk. II Tana Toraja
      2-12-1989 s/d 12-1-1995.
13. Drs.Tarsis Kodrat Bupati KDH Tk. II Tana Toraja
     12-1- 1995 s/d 12-1-2000
      Drs.Bartho Sattu Wakil Bupati Tana Toraja.
14. Abbas Sabbi, SH. Plh. Bupati Tana Toraja
      12-1-2000 s/d 5-8-2000.
15. J.A.Situru,SH. Bupati Tana Toraja
      5-8-2000 s/d 08-08-2005
      Drs.C.L. Palimbong Wakil Bupati Tana Toraja.
16. J.A.Situru,SH. Plh.Bupati Tana Toraja
      08-08-2005 s/d 14-08-2005.
17. H.B. Amiruddin Maula Pj. Bupati Tana Toraja
      15-8-2005 s/d 26-09-2005.
18. J.A.Situru,SH. Bupati Tana Toraja
      26-09-2005- (toraja Utara dimekarkan 27-11- 2008)
      Drs.A.P.Popang, MH Wakil Bupati Tana Toraja.

Sejarah Pemekaran Kabupaten Toraja Utara

Kabupaten Tana Toraja dimekarkan menjadi dua kabupaten, Kemudian berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan kabupaten pemekarannya dengan nama Kabupaten Toraja Utara, yang terdiri dari 21 Kecamatan , 40 Kelurahan dan 111 Lembang (Desa)
Kecamatan di Kabupaten Toraja Utara
1. Kecamatan Rantepao
2. Kecamatan Sesean
3. Kecamatan Nanggala
4. Kecamatan Rinding Allo
5. Kecamatan Buntao’
6. Kecamatan Sa’dan
7. Kecamatan Sanggalangi’
8. Kecamatan Sopai
9. Kecamatan Tikala
10. Kecamatan Balusu
11. Kecamatan Tallunglipu
12. Kecamatan Dende’ Piongan Napo
13. Kecamatan Buntu Pepasan
14. Kecamatan Baruppu’
15. Kecamatan Kesu’
16. Kecamatan Tondon
17. Kecamatan Bangkelekila
18. Kecamatan Rantebua
19. Kecamatan Sesean Suloara
20. Kecamatan Kapala Pitu
21. Kecamatan Awan Rante Karua

NAMA-NAMA BUPATI DI KABUPATEN TORAJA UTARA

1.    Drs. Y.S Dalipang.
       Plt Bupati Toraja Utara 26 -11-2008 s/d 23-5-2010
2.    Drs. H. TAUTOTO TANA RANGGINA SARONGALLO, M.Si.
  Plt Bupati Toraja Utara 3-6-2010 s/d 30-3-2011
3. Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos, MM
        Bupati Toraja Utara 31-3-2011 - Sekarang
    Frederik Buntang Rombelayuk, S.Pd.
        Wakil Bupati Toraja Utara 31-3-2011 - Sekarang

yah mudah2 artikel ini dapat menambah wawasan kawan2 tentang Toraja..mudah2 bermanfaat......

Minggu, 04 Maret 2012

Dibalik Kata TORAJA...

Buat kawan2 yang pengen tau arti dari nama TORAJA... saya akan ngejelasin sedikit yang saya tau tentang asal muasal dari kata Toraja yang melekat pada nama sebuah kabupaten di SULAWESI SELATAN  yaitu Kabupaten TANA TORAJA dan sekarang telah mekar menjadi 2 yaitu Kabupaten Tana Toraja sebagai  Kabupaten induk dan Kabupaten Toraja Utara sebagai kabupaten pemekaran...
Dan buat kawan2 yang dah tau tolong bantuannya dan kritikannya mungkin apa yang akan saya Tulis ini melenceng dari sejaraj ato mgkn ada yang kurang dari...
Ok langsung aja neh....
Sebutan kata Toraja  dipergunakan untuk nama suatu negeri yang sekarang dinamakan Tana Toraja., sebenarnya dahulunya adalah suatu Negeri yang berdiri sendiri  yang dinamakan TONDOK LEPONGAN BULAN TANAH MATARIK ALLO (Tondok = Negeri, Lepongan = Kebulatan atau Kesatuan, Bulan = Bulan, Tanah = Negeri, Matarik = Pemerintahan, Allo = Matahari) Yang artinya Negeri byang bentuk pemerintahannya dan kemasyarakatannya sebagai kesatuan yang bundar/bulat bagaikan bentuk bulan dan matahari.
Adanya nama lepongan nama Lepongan bulan dan matarik allo tersebut, adalah bersumber dari terbentuknya Negeri itu dalam satu kebulatan/kesatuan tata masyarakat yang terjadi berdasarkan :
1.      Suatu Negeri yang dibentuk atas adanya persekutuan dan kebulatan berdasarkan atas suatu agama/keyakinan yang dinamakan Aluk todolo, yang mempergunakan suatu macam aturan yang bersumber/berpencar dari suatu Sumber yaitu dari Negeri Marinding Banua Puan yang dikenal dengan aluk(agama/aturan) Sanda Pitunna(aluk 7777)
2.      Suatu negeri yang dibentuk oleh beberapa daerah adat tetapi mempergunakan suatu dasar adat dan budaya yang berpencar /berdumber dari suatu sumber bagaikan pancaran atau sinar bulan atau matahari.
3.      Suatu kesatuan negeri yang terletak dibahagian utara dipegunungan Sulawesi Selatan yang dibentuk oleh suatu suku yang sekarang dikenal dengan SUKU TORAJA.
Sedangkan nama Toraja mulai terdengar sejak adanya hubungan dengan orang2 bugis dan orang-oran dari luar Toraja. Kemudian penulis asal Eropa Y. Kruit dan A. Adriani mempergunakan nama Toraja. Itupun disandur dari kata To Riaja (To= Orang , Riaja = diatas bagian Utara, yang artinya orang yang berdiam diatas bagian pegunungan pada sebelah utara yaitu sehubungan dengan letak dari negeri tondok Lepongan Bulan dibagian atas sebelah utara dari salah satu Kerajaan Bugis yaitu Bugis Sidenreng.,dan juga karena nama To Riaja adalah nama yang diberikan oleh orang-orang Bugis di sidenreng dahulu kala.
Nama Toraja ini sebenarnya mulai tersebar luas pada permulaan abat ke-17 pada waktu Negeri Tondok Lepongan Bulan sudah mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan disekitarnya antara lain:
1.      Kerajaan Bugis sidenreng
2.      Kerajaan Bugis Bone
3.      Kerajaan Bugis Luwu

selain berasal dari nama To Riaja. Ada beberapa budayawan Toraja yang mengatakan kata Toraja juga berasal dari kata To Rajang, yang berasal dari bahasa Bugis Luwu yang artinya orang barat (To=Orang , Rajang = Barat) dikarenakan Kerajaan Bugis Luwu Berada disebelah Timur dari Tondok Lepongan Bulan Atau dari Kerajaan Bugis Luwu, Tondok Lepongan Bulan Berada di sebelah barat.
Pendapat mengenai Kata To Rajang juga mengandung kebenaran karena didalam mantera-mantera  dan syair – syair Toraja banyak menyebut kerajaan Luwu sebagai Kadatuan Mata allo (Kadatuan = Kerajaan, Mata allo = Timur) yaitu kerajaan sebelah timur, Dan kerajaan Toraja Kadatuan Matampu’ (kadatuan = Kerajaan, Matampu’ = Barat) yaitu kerajaan sebelah barat. Dan dari itu oleh orang-orang Luwu, memanggil Orang2 Toraja dengan sebutan To Rajang dan orang-orang Toraja memanggil orang-orang Luwu dengan sebutan To Wara’(To = orang, Wara’ = Timur). Hingga sekarang kerajaan Luwu dinamai Kerajaan Wara’ oleh orang Toraja.
Disamping sumber diatas ada pula pendapat bahawa nama Toraja berasal dari sejarah Tondok Lepongan bulan sendiri yaitu sejarah Puang Lakipadada yang pergi ke Gowa pada akhir abad ke-13. Dalam sejarah Toraja Puang Lakipadada adalah cucu dari Puang Tomanurun Tamboro langi’ atau anak dari Puang Sanda Boro dari Tongkonan Batu Borong bagian selatan Tondok Lepongan Bulan. Dalam mitos tentang Lakipadada dikatakan bahwa Lakipadada pergi mengembara mencari kehidupan abadi hingga ke Kerajaan Gowa sebagai orang asing yang tidak diketahui dari mana asalnya dan dari mana, hanya saja mempunyai tanda – tanda bahwa Lakipadada ini seorang keturunan raja dan dari kerajaan yang besar.
Pendapat umum di Gowa mengatakan turunan atau anak raja yang tidak dikenal itu berasal dari sebelah timur sesuai dengan mitos asal Raja-raja di Sulawesi Selatan maka mereka menyebut Lakipadada Tau Raya (Tau = Orang, Raya = Timur “bahasa Makassar”) dan menyebut pula tempat asal Lakipadada dengan sebutan Tana Tau Raya, dan berhubung Lakipadada berasal dari Tondok Lepongan Bulan  sehingga Tondok Lepongan Bulan pun dinamai Tana Tau Raya yang kemudian menjadi Tana Toraja.
Pendapat lain mengatakan pula bahwa berdasarkan pengakuan deri sebagian besar Raja-raja di Sulawesi Selatan mengatakan dan mengakui bahwa nenek moyang mereka itu berasal dari Tana Toraja.
berdasarkan beberapa pendapat diatas mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan kita tentang Toraja. Dan menjawab keingin tahuan kawan2 tentang Toraja...
Bila ada yang memiliki pendapat atau saran, jangan lupa share di sini. Tanpa bermaksud menggurui, semoga informasi ini bermanfaat..